Pernahkah kalian mendapati huruf C tercantum di Kartu
Hasil Studi (KHS) kalian? Apa yang kalian lakukan saat pertama kali melihatnya?
Marah? Kesal? Atau diam saja? Yang paling banyak dijumpai adalah jawaban
pertama dan kedua: marah dan kesal. Tapi bagaimana bila kalian mendapati hal
yang kurang dimengerti selama perkuliahan berlangsung, apa yang akan dilakukan?
Kemungkinan lebih dari 75% hanya diam saja. Nah, itulah yang dinamakan score-oriented dan value-oriented. Secara sederhana, score-oriented adalah sebutan untuk sikap yang dimiliki oleh mereka
yang sangat terobsesi dengan simbol-simbol keilmuan. Sebaliknya, value-oriented merupakan ungkapan yang
merujuk pada sikap yang dikedepankan oleh mereka yang lebih mementingkan substansi
atau isi dari apa yang dipelajari.
Bibit yang berbeda akan mengahasilkan buah yang berbeda.
Begitu juga dengan dua sudut pandang tersebut, baik score-oriented dan value-oriented
pasti akan menghasilkan ‘produk’ yang berbeda. Mereka, para pelajar, yang terus
menerus dididik dengan menanamkan sikap score-oriented,
yaitu terpaku pada simbol-simbol standar seperti nilai, toga, ijazah, dan
piagam, akan tetap mematok kualitas mereka dari hal-hal semacam itu. Bahkan
negara ini pun sepertinya mendukung sekali bertahannya sikap score-oriented. Hal ini dapat dilihat
dari masih berlakunya sistem Ujian Nasional (UN), dimana mereka yang lulus
adalah siswa-siswa yang meraih nilai diatas nilai standar yang telah
ditentukan. Padahal, yang akan mereka bawa di kehidupan nyata nantinya adalah
ilmu mereka, keterampilan, soft skills,
serta hal-hal lain yang lebih dari sekedar simbol. Sebaliknya, mereka yang
berpandangan value-oriented
menganggap keberhasilan merupakan hal yang diukur dari sisi pemahaman. Mereka
akan berpikir 30 kali dulu sebelum komplain atas nilai C yang muncul di KHS.
Tapi, sebaliknya, mereka akan sangat tanggap terhadap persoalan-persoalan yang
mereka belum pahami. Mereka akan bertanya pada guru, bahkan mereka akan
telusuri perpustakaan dan internet untuk mendapatkan jawabannya.
Demikianlah mengenai score-oriented
dan value-oriented. Tentu banyak
bermunculan pro dan kontra ketika membicarakan mengenai dua cara pandang
tersebut. Namun tak ada gunanya menghabiskan energi memperdebatkan itu. Lebih
baik kita membuka mata, hati, dan pikiran untuk menentukan sikap mana yang akan
menuntun masa depan kita menjadi lebih cerah, score-oriented atau value-oriented.
Apa pilihan anda?
Written by Mutia Retno Maharti
May 4, 2014