Tampilkan postingan dengan label SCORE-ORIENTED. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SCORE-ORIENTED. Tampilkan semua postingan

Selasa, Mei 06, 2014

SCORE-ORIENTED vs VALUE-ORIENTED



Pernahkah kalian mendapati huruf C tercantum di Kartu Hasil Studi (KHS) kalian? Apa yang kalian lakukan saat pertama kali melihatnya? Marah? Kesal? Atau diam saja? Yang paling banyak dijumpai adalah jawaban pertama dan kedua: marah dan kesal. Tapi bagaimana bila kalian mendapati hal yang kurang dimengerti selama perkuliahan berlangsung, apa yang akan dilakukan? Kemungkinan lebih dari 75% hanya diam saja. Nah, itulah yang dinamakan score-oriented dan value-oriented. Secara sederhana, score-oriented adalah sebutan untuk sikap yang dimiliki oleh mereka yang sangat terobsesi dengan simbol-simbol keilmuan. Sebaliknya, value-oriented merupakan ungkapan yang merujuk pada sikap yang dikedepankan oleh mereka yang lebih mementingkan substansi atau isi dari apa yang dipelajari.
Bibit yang berbeda akan mengahasilkan buah yang berbeda. Begitu juga dengan dua sudut pandang tersebut, baik score-oriented dan value-oriented pasti akan menghasilkan ‘produk’ yang berbeda. Mereka, para pelajar, yang terus menerus dididik dengan menanamkan sikap score-oriented, yaitu terpaku pada simbol-simbol standar seperti nilai, toga, ijazah, dan piagam, akan tetap mematok kualitas mereka dari hal-hal semacam itu. Bahkan negara ini pun sepertinya mendukung sekali bertahannya sikap score-oriented. Hal ini dapat dilihat dari masih berlakunya sistem Ujian Nasional (UN), dimana mereka yang lulus adalah siswa-siswa yang meraih nilai diatas nilai standar yang telah ditentukan. Padahal, yang akan mereka bawa di kehidupan nyata nantinya adalah ilmu mereka, keterampilan, soft skills, serta hal-hal lain yang lebih dari sekedar simbol. Sebaliknya, mereka yang berpandangan value-oriented menganggap keberhasilan merupakan hal yang diukur dari sisi pemahaman. Mereka akan berpikir 30 kali dulu sebelum komplain atas nilai C yang muncul di KHS. Tapi, sebaliknya, mereka akan sangat tanggap terhadap persoalan-persoalan yang mereka belum pahami. Mereka akan bertanya pada guru, bahkan mereka akan telusuri perpustakaan dan internet untuk mendapatkan jawabannya.
Demikianlah mengenai score-oriented dan value-oriented. Tentu banyak bermunculan pro dan kontra ketika membicarakan mengenai dua cara pandang tersebut. Namun tak ada gunanya menghabiskan energi memperdebatkan itu. Lebih baik kita membuka mata, hati, dan pikiran untuk menentukan sikap mana yang akan menuntun masa depan kita menjadi lebih cerah, score-oriented atau value-oriented. Apa pilihan anda?
Written by Mutia Retno Maharti
May 4, 2014