1. Pengertian Konjungsi
Konjungsi dapat diartikan sebagai kata
penghubung atau kata sambung.
Dalam tata bahasa konjungsi bertugas atau berfungsi untuk menghubungkan sebuah
konstituen dengan konstituen lainnya. Konstituen yang dimaksud dapat berupa kata, frase, klausa maupun
kalimat.
Contoh
:
·
Ibu dan ayah
pergi ke kota.
·
Ibunya
guru Bahasa Indonesia dan ayahnya
guru Bahasa Inggris.
Konjungsi dan pada kalimat pertama berfungsi menghubungkan kata dengan kata,
sedangkan dalam kalimat kedua berfungsi menghubungkan klausa dengan klausa.
Bentuk bahasa yang
ditemukan dalam bahasa-bahasa yang berbeda tergantung dari tipologinya.
Indonesia
John, istrinya,
anaknya, dan kemenakannya sedang pergi.
Inggris
John, his wife, his son, and his nephew are out.
Misalnya, dalam
Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Inggris, frasa konjungsional dengan nomina
lebih dari dua, konjungsi dan/and
tidak wajib hadir kecuali didepan nomina terakhir.
Indonesia
Bapak ibu; suami
isteri
Tok Pisin
meri pikin bratasusa Papua Niugini
ibu anak kakak:beradik Papua Niugini
‘ibu dan anak-anak’ ‘kakak beradik’ ‘Papua Nugini
manmeri mankimeri
laki-laki;perempuan anak;laki-laki;anak;puteri
‘laki-laki;perempuan’ ‘anak-anak,
laki-laki dan puteri’
pamamama mamapapa
ayah;ibu ibu;ayah
‘ayah dan ibu’;
‘orang tua’ ‘ayah
dan ibu’; ‘orang tua’
2. Pembagian Konjungsi
a. Berdasarkan kedudukan konstituen yang
dihubungkan
Dilihat
dari kedudukan konstituen yang dihubungkan, dibedakan adanya dua macam
konjungsi yaitu :
1) Konjungsi Koordinatif
Konjungsi
koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua konstituen atau lebih yang
kedudukannya sederajat. Konjungsi yang termasuk golongan ini adalah :
a)
Dan, untuk menyatakan hubungan penjumlahan.
Contoh : Mutia dan Dinda adalah saudara kandung.
b)
Tetapi, melainkan, dan sedangkan,
untuk menyatakan hubungan pertentangan.
Contoh : Lidia
tidak suka minum kopi, melainkan suka
minum teh.
c)
Atau, untuk menyatakan hubungan pemilih.
Contoh : Dia
masih bingung memilih antara pergi atau
tidak.
d)
Kemudian dan lalu, untuk
menyatakan hubungan urutan.
Contoh : Pulang
dari sekolah dia langsung makan kemudian
tidur siang.
e)
Bahkan, untuk
menyatakan hubungan menguatkan.
Contoh : Aku sangat marah padanya bahkan
sekarang aku sangat benci padanya.
Konjungsi koordinatif selalu menghubunkan dua
konstituen oleh karena itu letaknya tidak mungkin pada awal kalimat.
2) Konjungsi Subordinatif
Konjungsi
subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua konjungsi yang
kedudukannya tidak sederajat. Konstituen yang satu menjadi konstituen atasan
yang bebas, dan konstituen yang lain menjadi konstituen bawahan yang
kedudukannya tergantung pada konstituen pertama. Konjungsi yang termasuk
golongan ini adalah :
a) Jika,
kalau, jikalau, asal, andaikata, seandainya, apabila
dan bila, untuk menghubungkan
pernyataan persyaratan.
b)
Karena dan sebab, untuk
menghubungkan pernyataan sebab.
c)
Sampai dan hingga,
untuk menghubungkan pernyataan batas.
d)
Sehingga, untuk menghubungkan pernyataan akibat.
e)
Sejak dan semenjak,
untuk menghubungkan pernyataan waktu.
f)
Setelah, sesudah, sebelum,
sewaktu, dan waktu, untuk menghubungkan pernyataan
pertalian waktu dan peristiwa.
g)
Biarpun, meskipun,
sungguhpun, dan walaupun, untuk menghubungkan pernyataan
kesungguhan.
h)
Agar dan supaya, untuk menyatakan hubungan maksud.
Semua
konjungsi yang menyatakan hubungan persyaratan dapat menduduki posisi awal dan
tengah kalimat.
Contoh :
·
Kalau diundang, saya akan datang.
·
Saya akan datang kalau
diundang.
Konjungsi
yang menyatakan sebab yaitu karena dapat
menduduki posisi awal dan tengah kalimat, tetapi konjungsi sebab hanya dapat menduduki posisi tengah, tidak dapat menduduki
posisi awal.
Contoh :
·
Dia
tidak datang sebab dilarang oleh
ibunya.
·
Sebab dilarang oleh
ibunya dia tidak datang. [?]
Hal tersebut terjadi karena kata sebab memiliki makna ‘sebab’ sebagai
kata benda. Bandingkanlah kata sebab
dalam kalimat dibawah ini yang dapat diterima dan kata karena yang tidak dapat diterima, karena dalam kalimat tersebut sebab adalah kata benda dan kata karena bukan kata benda.
·
Sebutkan
sebab-sebab terjadinya Perang
Diponegoro.
·
Sebutkan karena-karena
terjadinya Perang Diponegoro.[?]
Konjungsi
yang menyatakan hubungan batas yaitu hingga
dan sampai dapat berposisi pada awal
maupun tengah kalimat.
Contoh :
·
Sampai saat ini, dia
masih terbaring sakit di rumah sakit.
·
Dia
masih terbaring sakit di rumah sakit sampai
saat ini.
Konjungsi yang menyatakan hubungan
akibat hanya dapat menduduki posisi tengah, tidak dapat menduduki posisi awal.
Hal tersebut dapat diterima karena suatu akibat baru terjadi setelah ada
penyebabnya.
Contoh :
·
Masih
banyak orang yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas sehingga kecelakaan lalu lintas terjadi hampir setiap hari.
·
Sehingga
kecelakaan lalu lintas hampir terjadi setiap hari, masih banyak orang yang
tidak mematuhi peraturan lalu lintas.[?]
Konjungsi yang menyatakan hubungan
pertalian waktu kejadian dan yang menyatakan hubungan kesungguhan dapat
menduduki posisi awal maupun tengah kalimat.
Contoh :
·
Sesudah makan siang,
kami segera berangkat ke Palembang.
·
Kami
segera berangkat ke Palembang sesudah
makan siang.
·
Meskipun
dilarang ibu, dia tetap pergi ke Jerman.
·
Dia
tetap pergi ke Jerman meskipun
dilarang ibu.
b. Berdasarkan Tugasnya
Berdasarkan
tugasnya konjungsi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1) Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi
intrakalimat yaitu konjungsi yang bertugas didalam kalimat untuk menghubungkan
konstituen-konstituen yang menjadi bagian dari sebuah kalimat. Yang termasuk
dalam konjungsi intrakalimat adalah konjungsi-konjungsi koordinatif dan
konjungsi-konjungsi subordinatif.
2) Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi
antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat baik dalam satu
paragaraf maupun diantara dua paragraf. Yang termasuk dalam konjungsi
antarkalimat adalah :
a)
Jadi, dengan demikian, kalau
begitu, untuk
menyatakan hubungan kesimpulan.
b)
Oleh karena itu, karena itu,
dan sebab itu, untuk menyatakan akibat.
c)
Meskipun demikian dan walaupun
begitu, untuk menyatakan hubungan pertentangan.
d)
Sesudah itu dan selanjutnya,
untuk menyatakan hubungan urutan.
e)
Itulah sebabnya dan karena
itulah, untuk menyatakan alasan atau sebab.
Sebagai
konjungsi antarkalimat, tentu saja posisi konjungsi ini selalu berada pada awal
kalimat, tetapi bukan kalimat pembuka paragraf. Konjungsi
antar kalimat selalu berada sesudah adanya pernyataan yang telah diungkapkan
dalam kalimat lain.
Contoh :
·
Bulan
lalu kau pinjam uangku Rp 10.000, minggu lalu pinjam lagi Rp 20.000, sekarang
pinjam lagi Rp 50.000. Jadi, hutangmu
padaku berjumlah Rp 80.000.
·
Dia
pernah menipu saya, pernah juga membohongi ayah saya, dan pernah pula mencuri
uang ibu saya. Karena itu, saya tidak
suka kepadanya.
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa konjungsi yang tidak bisa menduduki posisi awal adalah :
Ø
Konjungsi yang menyatakan hubungan koordinatif,
seperti dan, atau, tetapi, dan kemudian.
Ø
Konjungsi yang menyatakan hubungan akibat, yaitu sehingga.
Sedangkan yang
meyatakan hubungan antarkalimat dapat berada pada posisi awal asalkan dimukanya
telah ada kalimat atau uraian lain. Permasalahannya sekarang, mengapa dalam
praktek berbahasa sekarang (dalam bahasa tulis) banyak sekali kita jumpai
kalimat yang diawali dengan penghubung seperti sehingga, dan, tetapi, karena, dsb yang sebenarnya tidak boleh
menduduki posisi awal kalimat. Sebagai contoh, berikut
ini ditampilkan beberapa kalimat yang dimaksud :
·
Saya
baru dua hari di Jakarta. Dan belum
sempat kemana-mana.
·
Kalau dipaksa tentunya akan dikerjakan juga. Tetapi
hasilnya tentu saja kurang baik.
·
Anak itu menjadi bandel dan keras kepala. Karena
dirumah selalu dimanjakan.
Kesalahan penggunaan konjungsi dan, tetapi dan karena diatas terjadi karena pengaruh ragam bahasa lisan. Pada
kalimat pertama misalnya, pengucapan kalimat “Saya baru dua hari di Jakarta”
diucapkan dengan jeda yang terlalu lama sebelum dilanjutkan dengan bagian
kalimat “Belum sempat kemana-mana”. Akibatnya, setelah frase “di Jakarta”,
dalam bahasa tulis bukan diberi koma, tetpi diberi tanda titik. Lalu, karena diberi tanda titik berarti kalimatnya
selesai. Untuk memulai lagi kata dan
ditulis dengan huruf kapital. Maka terjadilah kesalahan tersebut, konjungsi dan menduduki posisi awal kalimat. Begitu
pula proses terjadinya kesalahan pada kalimat kedua dan ketiga.
Bahasa lisan memang lebih longgar
dalam penggunaan kaidah bahasa,
sedangkan bahasa tulisan lebih terikat dengan aturan kaidah, terutama dengan
kaidah ejaan. Oleh karena itu, bahasa tulisan bukanlah bahasa lisan yang
dituliskan. Bahasa tulisan harus ditata bukan hanya ejaannya saja,, tetapi juga
mengenai strukturnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer Abdul,
1993, Gramatika Bahasa Indonesia,
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hatikah
Tika,2007, Basis Bahasa Indonesia, Jakarta : Penerbit Erlangga
Verhaar J.W.M,
2010, Asas-Asas Linguistik Umum, Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press
Verhaar J.W.M, Asas-Asas Linguistik Umum, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press,
2010, 345